会员登录 - 用户注册 - 设为首页 - 加入收藏 - 网站地图 PHK Masih Marak, Pengamat: Ekonomi Indonesia Masih Tidak Seimbang!

PHK Masih Marak, Pengamat: Ekonomi Indonesia Masih Tidak Seimbang

时间:2025-06-14 08:30:55 来源:quickq安卓版本下载 作者:知识 阅读:409次

JAKARTA,quickq官网2020 DISWAY.ID --Selama beberapa tahun terakhir, fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa para pekerja di Indonesia telah menjadi salah satu permasalahan yang belum dapat ditemukan jalan keluarnya.

Hal ini tentunya menjadi momok yang menghantui para pekerja di Tanah Air, terutama pekerja di sektor ritel, tekstil, dan jasa.

PHK Masih Marak, Pengamat: Ekonomi Indonesia Masih Tidak Seimbang

PHK Masih Marak, Pengamat: Ekonomi Indonesia Masih Tidak Seimbang

Selain itu menurut Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, hal ini juga menjadi bukti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mengalami ketimpangan.

PHK Masih Marak, Pengamat: Ekonomi Indonesia Masih Tidak Seimbang

BACA JUGA:DPR Terburu-buru Sahkan Revisi UU TNI, Amnesty International Khawatir Kembalinya Dwifungsi Militer

PHK Masih Marak, Pengamat: Ekonomi Indonesia Masih Tidak Seimbang

BACA JUGA:KPK Tahan 2 Tersangka Korupsi LPEI, Kerugian Negara Capai Rp11,7 Triliun

"PHK di sektor formal juga mendorong pergeseran ke sektor informal, yang umumnya menawarkan upah rendah dan tidak ada jaminan sosial," ucap Achmad ketika dihubungi oleh Disway pada Kamis 20 Maret 2025.

Tidak hanya itu, Achmad juga menambahkan bahwa situasi ini makin diperburuk oleh adanya ketidakseimbangan dalam struktur ekonomi.

Dalam hal ini, pertumbuhan yang digerakkan ekspor komoditas dan industri padat modal tidak menyentuh sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja. 

"Alih-alih menciptakan lapangan kerja baru, banyak perusahaan justru melakukan efisiensi melalui otomatisasi. Alhasil, dampaknya, angka pengangguran terbuka (TPT) tetap tinggi, terutama di kalangan pemuda dan lulusan baru," jelas Achmad.

Fenomena PHK inipun juga turut mempengaruhi rendahnya daya beli masyarakat. Pasalnya, masyarakat cenderung menunda belanja karena ekspektasi harga lebih rendah, sementara ancaman PHK di sektor manufaktur dan jasa memperparah kehati-hatian konsumsi.  

BACA JUGA:Komdigi Prediksi Trafik Jaringan Seluler Naik hingga 20% saat Libur Lebaran

BACA JUGA:Kemkomdigi Hentikan Layanan Internet dan Penyiaran Selama 24 Jam saat Hari Nyepi di Bali

"Deflasi dua bulan beruntun awal tahun 2025 (data BPS, Januari-Februari 2025) menjadi indikator melemahnya permintaan domestik. Daya beli yang melemah, inflasi yang tidak stabil, dan ketidakpastian pasar global membuat momentum Lebaran tidak mampu menjadi penyelamat ekonomi," ucap Achmad.

Dengan kondisi seperti ini, muncul keraguan akan apakah Indonesia akan mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.

  • 1
  • 2
  • »

(责任编辑:休闲)

相关内容
  • Jasa Raharja Bakal Santuni Seluruh Korban Tabrakan Kereta di Cicalengka
  • Manga Ramal Gempa Besar Jepang Juli Ini, Turis Langsung Batal Liburan
  • Kembalinya Liliana Lim Lewat Koleksi 'Resurgence'
  • Studi: 15 Kota di Dunia yang Mulai Ditinggalkan Turis Saat Musim Panas
  • Pendukung Prabowo Mulai Padati MRT Dukuh Atas Menuju GBK
  • Daftar 20 Pantai Terbaik di Dunia, Ada 1 dari Indonesia
  • Hasil Sidang DKPP: Hasyim Asy'ari Terbukti Lakukan Hubungan Seksual dengan Anggota PPLN di Amsterdam
  • 12 Anggota Keluarga Kena Penyakit Jamur Usai Jelajahi Gua Kelelawar
推荐内容
  • 4 Tahun Harun Masiku Belum Ditangkap, ICW Desak KPK Evaluasi Menyeluruh di Penindakan KPK
  • Mengintip Rumah Mewah Firli Bahuri di Bekasi
  • Jokowi Tekankan Potensi Besar Ekspor Kelapa Indonesia Jelang 91 Hari Pemerintahannya Berakhir
  • Punya Gejala Mirip, Ini Beda Flu dan Alergi
  • SBY Nyoblos Pemilu 2024 di Pacitan, AHY di Cipete
  • INTIP: 10 Minuman Ini Bisa Bikin Wajah Kamu Awet Muda Sampai Tua