Menteri PPPA Sorot Dua Persoalan Utama di UPTD PPA Sulawesi Selatan

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, menyoroti dua persoalan utama dalam kunjungan kerja ke Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Provinsi Sulawesi Selatan.
Dua persoalan tersebut adalah minimnya data terpilah anak di tingkat desa dan tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di wilayah Sulawesi Selatan.
Baca Juga: Hadiri KTT ke-46 ASEAN, Presiden Prabowo Bertolak Menuju Malaysia
Dalam dialog bersama Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinas P3A) Provinsi Sulawesi Selatan, Kepala UPTD PPA Provinsi Sulawesi Selatan dan tenaga layanan UPTD, Menteri PPPA menerima laporan bahwa pendataan di tingkat desa masih sangat terbatas.
Anak-anak hanya dikelompokkan secara umum sebagai "anak usia 0–18 tahun", tanpa pemisahan berdasarkan kelompok usia (usia dini 0–5 tahun dan usia sekolah 6–18 tahun), jenis kelamin, maupun status disabilitas.
“Data yang tidak terpilah menyulitkan pemerintah merancang kebijakan yang responsif dan tepat sasaran. Kita butuh pembaruan sistem pendataan yang kolaboratif lintas sektor, agar perlindungan terhadap anak tidak hanya retoris,” ujar Menteri PPPA.
Kepala Dinas P3A Sulawesi Selatan, Andi Marni, menjelaskan bahwa kendala utama dalam pendataan di desa adalah belum adanya instruksi teknis yang jelas dari kementerian atau lembaga pusat, lemahnya koordinasi antarlembaga, serta keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran.
Selain memantau sistem pendataan, Menteri PPPA juga menyempatkan diri berdialog langsung dengan para korban kekerasan yang saat ini mendapatkan layanan dari UPTD PPA Sulawesi Selatan. Para korban terdiri dari dua perempuan dewasa dan tiga anak. Dua korban dewasa, AAK (24 tahun) dan AUM (19 tahun), merupakan korban kekerasan seksual. Sementara itu, tiga korban anak-anak meliputi PS (11 tahun), korban kekerasan seksual, serta SZ (10 tahun) dan DIP (9 tahun), korban kekerasan dalam rumah tangga berupa penganiayaan berat.
“Kami hadir untuk mendengar langsung dan memastikan bahwa para korban mendapatkan layanan pendampingan dan pemulihan yang layak. Negara harus hadir memberi perlindungan dan keadilan,” tegas Menteri PPPA.
Halaman BerikutnyaHalaman:
- 1
- 2
相关文章
Paspor RI Desain Baru Meluncur Bulan Depan, Bagaimana Nasib yang Lama?
Jakarta, CNN Indonesia-- Paspor Republik Indonesia (RI) akan menggunakan desain baru. Direktorat Jen2025-06-05Bawaslu Lakukan Kajian Awal 130 Dugaan Pelanggaran Politik Uang di Pilkada
JAKARTA, DISWAY.ID --Bawaslu melakukan kajian awal terhadap 130 laporan, dan informasi awal dugaan p2025-06-05Investor Waspada! BEI Pantau Gerak
Warta Ekonomi, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengawasi dengan cermat pergerakan saham2025-06-05- 作为全球范围内公信力最强的大学排名之一,QS世界大学排名为很多学生报考提供了参考,在QS世界大学艺术专业排名中,英国皇家艺术学院一直位居第一位,下面就来介绍一下QS世界大学艺术专业排名。以下就是QS世2025-06-05
WHO Rilis Peringatan Global soal Obat Diabetes Palsu
Jakarta, CNN Indonesia-- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan tentang obat diabe2025-06-05Susul China, Korea Utara Mengkritik Keras Proyek Golden Dome Trump
Warta Ekonomi, Jakarta - Korea Utara menyoroti proyek ambisius dari Golden Dome Amerika Serikat (AS)2025-06-05
最新评论