Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat rekor baru dalam partisipasi masyarakat terhadap pasar modal domestik. Hingga 26 Mei 2025, jumlah investor saham Indonesia telah mencapai 7.001.268 Single Investor Identification (SID). Capaian ini menunjukkan pertumbuhan signifikan meskipun di tengah gejolak ekonomi global.
Lonjakan jumlah investor terjadi bersamaan dengan fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang sempat melemah dari 7.079 di akhir 2024 menjadi 5.967 pada April 2025, sebelum kembali menguat ke 7.175 pada akhir Mei 2025. Kondisi ini mencerminkan optimisme masyarakat terhadap pasar modal tetap terjaga meskipun situasi global dibayangi ketidakpastian, termasuk kebijakan tarif impor dari Amerika Serikat.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyatakan bahwa lonjakan investor juga dipicu momentum libur panjang Idulfitri, di mana lebih dari 38.000 investor baru tercatat hanya dalam waktu 12 hari.
Baca Juga: BEI Catat 62 Emisi Obligasi dan 20 Calon Emiten Saham dalam Pipeline Hingga Mei 2025
“Meski di tengah ketidakpastian global, antusiasme masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia tetap tinggi,” ujar Jeffrey dalam keterangannya, Senin (2/6/2025).
Untuk mendukung pertumbuhan tersebut, BEI memperkuat literasi dan infrastruktur teknologi. Aplikasi IDX Mobiletelah diunduh lebih dari 287.000 kali, sementara kanal media sosial BEI, 1.000 Galeri Investasi, dan lebih dari 6.000 Duta Pasar Modal menjadi ujung tombak edukasi di seluruh Indonesia.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menegaskan bahwa pihaknya kini fokus memperkuat peran investor institusidalam menjaga stabilitas pasar.
Baca Juga: Meski Diterpa Tarif Trump, Investor Global Dinilai Masih Percaya Kekuatan Dolar AS
"BEI terus mendorong keterlibatan aktif investor institusi domestik untuk memperkuat peran mereka dalam transaksi pasar," ujarnya.
Dengan pertumbuhan basis investor yang semakin kuat dan komitmen untuk menciptakan ekosistem pasar modal yang inklusif, BEI optimistis pasar modal akan memainkan peran strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.